Pejabat Bangladesh bersaksi melawan Tulip Siddiq di Persidangan Anticorruption

Mantan menteri Inggris sedang diadili atas dugaan dugaan tanah plot di ibukota, Dhaka.
Pejabat antikorupsi Bangladesh telah bersaksi di pengadilan terhadap mantan Menteri Inggris Tulip Siddiq, yang dituduh menggunakan ikatan keluarga untuk menggulingkan Perdana Menteri Sheikh Hasina untuk mendapatkan plot tanah milik negara di negara Asia Selatan.
Tiga pejabat dari Komisi Anti-Korupsi (ACC) pada hari Rabu membacakan kesaksian dalam tiga kasus terpisah, atas dugaan dugaan plot di ibukota, Dhaka.
Siddiq, yang adalah keponakan Hasina, mengundurkan diri dari jabatannya sebagai menteri antikorupsi di pemerintahan Perdana Menteri Kerajaan Keir Starmer pada bulan Januari, menyusul laporan bahwa ia tinggal di properti London yang terkait dengan bibinya dan dinamai dalam penyelidikan antikorupsi di Bangladesh.
Dia diadili dalam kasus perebutan tanah bersama ibunya, Sheikh Rehana, saudara laki -laki, Radwan Mujib, dan saudara perempuannya, Azmina. Keempatnya didakwa sebelumnya dan diminta tampil di pengadilan; Namun, penuntutan mengatakan mereka melarikan diri dan akan diadili secara absen.
Siddiq menyebut proses itu sebagai “penganiayaan dan lelucon”.
Pengacara ACC Khan Mohammad Mainul mengatakan Siddiq “berbohong”.
“Kami telah memperoleh semua dokumen yang diperlukan, termasuk korespondensinya dalam masalah ini,” katanya kepada kantor berita AFP. “Kami memiliki bukti kuat terhadapnya.”
Kasus -kasus tersebut merupakan tambahan dari tiga kasus korupsi yang dibuka pada hari Senin. Hasina, 77, dinamai semuanya.
Secara terpisah, investigasi antikorupsi menuduh bahwa keluarga Siddiq terlibat dalam menengahi kesepakatan tahun 2013 dengan Rusia untuk pembangkit listrik tenaga nuklir di Bangladesh di mana sejumlah besar uang dikatakan telah digelapkan.
Siddiq mewakili Distrik London Utara di Hampstead dan Highgate di Parlemen, dan bertugas di pemerintah Partai Buruh Kiri-Kiri Inggris sebagai Sekretaris Ekonomi untuk Perbendaharaan-Menteri yang bertanggung jawab atas mengatasi korupsi keuangan.
Peraturan Hasina melihat pelanggaran hak asasi manusia yang meluas, termasuk penahanan massal dan pembunuhan luar negeri terhadap lawan -lawan politiknya.
Dia melarikan diri dari Bangladesh dengan helikopter pada 5 Agustus 2024, setelah berminggu-minggu protes yang dipimpin oleh siswa terhadap pemerintahannya.
Dia telah menentang perintah untuk kembali dari India, termasuk untuk menghadiri persidangannya yang terpisah dan berkelanjutan atas tuduhan yang sebesar kejahatan terhadap kemanusiaan, atas tindakan keras yang mematikan terhadap pemberontakan.